Lembaga, Mahasiswa
dan Capacity Building
Hai pembaca sekalian, sudah lama sekali sejak terakhir saya
posting di blog ini. Hampir 2 bulan kali ya. Oke kali ini saya gak akan
mengangkat topik motivasi maupun tentang cerita saya, tapi tentang hal yang
sedang hangat dibicarakan di kampus saya, STAN, yaitu capacity building. Ya..
sekali-kali lah nulis artikel, biar saya gak selalu diremehin sebagai blogger
galau terus..
Oke, pertama akan saya jelasin dulu apa itu capacity building,
capacity building –biasaya disebut juga character building- adalah acara yang
wajib bagi mahasiswa tingkat 1 yang diadakan sekitar pertengahan desember. Acara
luar kampus ini ditujukan untuk membentuk karakter disiplin, hormat dan patuh
peraturan, membentuk mental yang tangguh serta meningkatkan rasa kebersamaan diantara
mahasiswa peserta capacity building. Hal yang lumrah mungkin bagi tiap kampus,
misalnya di kampus lama saya, Politeknik Negeri Malang, dulu pernah diadakan
kegiatan yang hampir serupa di Pusat pelatihan kejuruan Kodim Brawijaya, yang
melatih pun sama-sama dari tentara seperti pada capacity building, bedanya
acara tersebut dilakukan setelah ospek kampus dan durasi nya lebih lama, serta
pelatih yang melatih kami berasal dari tentara biasa, bukan kopassus. Tapi disitulah
saya merasakan banyak hal baik yang saya dapatkan, oke memang berat dan suntuk
1 minggu tanpa handphone, tanpa media apapun, hanya baris-berbaris, pelatihan
fisik, dan banyak latihan mental juga kala itu, tapi efeknya sangat terasa di kampus,
terlihat dari kekompakan kami dengan jurusan-jurusan lain sangat erat, meski
tetap dalam kebanggaan jurusan masing-masing namun kami benar-benar merasa
dekat sebagai satu kampus. Karena sama-sama susah bareng, sama-sama merasa
senasib dan sendirian, sehingga mau tak mau kami harus saling membaur, dan
disitulah akhirnya terbentuk sebuah ikatan yang menyatukan ego masing-masing
dan mengubah dari mental-menatal anak SMA ke mental-mental anak kuliahan.
Capacity building telah diadakan hampir setahun lalu, pada
bulan desember tahun 2013, sebagai rangkaian dari kegiatan setelah ujian tengah
semester, saya dan mahasiswa kampus STAN yang lain mengikuti kegiatan capacity
building yang berlokasi di bumi perkemahan cibubur. Kegiatan secara overall
bagus dan saya cukup antusias mengikutinya, namun masih saya lihat kekurangan
disana-sini karena faktor alam, kondisi geografis, kebersihan dan kurang
sigapnya penyelenggara, oke no offense tentang hal ini, saya tetap salut akan
kehadiran beberapa perwakilan dari lembaga untuk memantau dan tetap stand by
bersama kami selama acara berlangsung. Dan saya akui memang pelatih dari
kopassus sangat ahli dan paham betul bagaimana membentuk mental dan fisik kami.
Yang jadi pertanyaan adalah, setelah acara itu selesai dan kami kembali ke
kampus kami, kenapa efek dari acara itu tidak terlihat?
Dari sisi lembaga, mungkin melihat bahwa perubahan yang
terjadi pada mahasiswa tidak terasa, atau malah tambah buruk, dari grup di
media sosial maupun dengar-dengar dari perbincangan teman-teman, kelakuan
mahasiswa di kampus ali wardhana sana memang memprihatinkan, saling tak sapa
dan apatis, kurang tanggap dan peduli terhadap kebersihan kampus, merokok
seenaknya, tidak hormat pada sekre maupun dosen pengajar, dan banyak hal lain
yang menurut saya memang wajar jika lembaga geram pada mahasiswa yang katanya
adalah calon abdi negara di bidang keuangan. Ini tah mahasiswa sekolah dinas
yang terkenal itu? Seperti inikah kelakuan orang-orang yang telah diseleksi
dari puluhan ribu pendaftar dari seluruh indonesia? Apa pantas berbangga dengan
almamater jika tingkah laku mereka bahkan tidak bisa dicontoh oleh
kampus-kampuslain yang begitu silau akan nama STAN?
pertanyaan kemudian muncul? Apa yang salah dari Capacity Building tahun kemarin sehingga mental yang baik dan teladan dari moral yang mengakar pada diri mahasiswa ini malah semakin berkurang? Malah saya sedikit kritis tentang hal ini, sebenarnya perlukah adanya Capacity Building ini?
pertanyaan kemudian muncul? Apa yang salah dari Capacity Building tahun kemarin sehingga mental yang baik dan teladan dari moral yang mengakar pada diri mahasiswa ini malah semakin berkurang? Malah saya sedikit kritis tentang hal ini, sebenarnya perlukah adanya Capacity Building ini?
Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa kampus Frans Seda,
yang berkilometer jauhnya dari Kampus STAN Bintaro, memang tidak tahu-menahu
apapun tentang kehidupan disana kecuali sedikit saja ketika sekali waktu
berkunjung kesana, dan saya maklumi sangat sulit mengatur ribuan mahasiswa
disana, jadwal dan ruang kelas aja masih semrawut katanya, wajar sebenarnya
jika efek CB masih belum terasa, karena jumlah yang sebanyak itu ditambah
kurangnya pendekatan pada mahasiswa menjadi faktor yang membuat sikap mahasiswa
jadi seenaknya
Di Rawamangun, tiap hari sebelum masuk kuliah kami mengadakan apel, dan selalu menjalankan PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam) seperti hormat-menghormati dan baris-berbaris setiap saat, meski tidak semua dari kami selalu patuh, namun secara umum kepatuhan di pusdiklat bea dan cukai ini selalu terjaga karena dari angkatan telah ada Kepatuhan Internal (KI) yang sigap menjaga dan tak segan menghukum mahasiswa yang terlambat, tidak ikut apel dan melanggar tata tertib. Sekre di pusdiklat saya akui juga sangat baik, dekat dengan kami dan peduli terhadap kelangsungan perkuliahan kami, terbukti ketika ada yang absen, maupun ada dari kami yang mendapat nilai dibawah standar, maka akan ada perhatian khusus dan diberi dorongan agar bisa mendapat nilai bagus di kesempatan selanjutnya, ini contoh kecil tapi nyata yang ada di kampus frans seda, pelatih di kampus ini sangat berpengalaman dan selalu menjadi teladan kami dalam setiap kata dan perilaku ala militer yang mereka terapkan. Saya juga sudah menghadapi Leadership Training selama hampir 1 semester pada masa awal perkuliahan saya disini, dan efek yang didapatkan dari kegiatan itu terlihat jelas dari diri kami masing-masing dalam satu angkatan.
Kini yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana jika kalian
mahasiswa bintaro ada di sisi kami? Kalian mengeluh tentang diadakannya CB,
karena mengganggu waktu liburan kalian dan menurut kalian percuma, apa ada cara
lain selain itu agar kalian mengerti apa yang diinginkan lembaga? Okelah tidak
semua dari kalian yang bertindak seperti yang saya tuliskan diatas tadi, itu
ulah oknum, tapi kenapa kalian tidak mengingatkan oknum-oknum tersebut? Asal kalian
patuh, asal kalian hormat pada dosen dan sekre, saya rasa tidak ada alasan sama
sekali bagi lembaga untuk mengadakan CB bagi tingkat 2. Ayolah, kita sama-sama
pernah dinamika, kita sama-sama pernah CB, kami malah mengikuti ospek jurusan
kami selama hampir 6 bulan, apa kalian sanggup jika disuruh seperti itu? Malah beberapa
hari ini saya dengar keluhan dari teman saya disini, intinya seperti ini: “kalau
ada gak enaknya aja kita diikutkan, tapi kalau ada acara-acara bagus kita
dianaktirikan dan kurang diakomodasikan hanya karena masalah jarak”
jangan pahami kata-kata diatas karena kami iri atau apa, tapi kami sedikit merasa perlu kritis juga, entah mungkin hanya saya sebagai penulis yang terlalu membesar-besarkan atau dari kami sendiri memang merasa begitu, saya pun secara pribadi membenarkan pepatah bahwa “CB itu manis untuk dikenang, pahit untuk diulang”. Tapi dari yang saya dengar di kampus sana, jika seperti itu, maka perlulah ada CB, perlulah ada hal untuk mengubah mental dan semangat kita yang telah kendur
tapi apa selalu melalui CB?
apa selalu mahasiswa yang salah?
apa semua dari kita sebagai mahasiswa STAN, bersikap seperti yang dikatakan diatas?
saya tak punya kuasa dan hak apapun untuk protes, dan saya pikir itu tidak perlu, no offense to the other people, let’s change ourself..
saya menulis artikel singkat ini dengan tujuan membandingkan ospek saya di kampus lama dulu, ospek jurusan saya, dengan capacity building ini sendiri
dari situ saya tarik kesimpulan kecil bahwa bila ingin CB ini berjalan seperti yang diharapkan lembaga, maka perlu pemahaman dari diri masing-masing dari kita sebagai satu kesatuan mahasiswa STAN, seperti apa mahasiswa itu
kita beda dari kampus-kampus lain, kita beda dari jaman kita SMA, bukan saatnya lagi bagi kita untuk melanggar peraturan, ingat sistem DO di STAN, ingat status kita sebagai calon punggawa keuangan negara, ingat pula bahwa kita termasuk beruntung sekali berkuliah dibayari negara sedangkan teman-teman kita di kampus lain mesti membayar UKM dan uang masuk kuliah hingga ratusan juta demi kesempatan kerja yang belum tentu tercapai, sedangkan kita jika lulus dari sini Insya Allah akan jadi PNS kementerian keuangan
Semoga angkatan 2013 yang
tersisa saat ini bisa lulus 100%, tidak ada lagi yang terkena DO, tidak ada
lagi pelanggaran terhadap aturan kampus, sehingga tidak perlu lagi merasakan CB
dan semoga kebersamaan diantara angkatan kita tetap solid dan terjaga
dan semoga kebersamaan diantara angkatan kita tetap solid dan terjaga
soal kebersamaan kita solid dan bersatu, namun soal diri kita sebagai mahasiswa STAN, kita harus ridgid, kokoh dan kuat bagai pilar yang menopang nama almamater kita sebagai kampus yang disegani di tanah air
semoga artikel ini bermanfaat, no offense pada siapapun, dan saya sebagai
penulis pribadi minta maaf bila ada salah kata..
kebenaran datangnya dari Allah semata, kesalahan datangnya dari saya pribadi..
Nantikan postingan artikel saya selanjutnya, semoga
bermanfaat
Amin,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar