
Sebuah blog tentang kemarahan, kesedihan, curahan hati, dan kebahagiaan dari diriku.. Karena segala hal yang aku rasakan, akan menguap begitu saja tanpa ada goresan tinta untuk tulisanku. Dan segala hal yang telah jadi kenangan, akan terlupakan jika tak ku simpan sebagai arsip pada note ku. Jadi inilah note ku. Sebuah blog tentang cinta, motivasi, perjalanan dan pengalaman hidup.. Instagram: Fikrimarhen
cover

Senin, 01 Desember 2014
Apa Allah mencintaiku?
APAKAH ALLAH MENCINTAIKU ?
Pertanyaan yang merayuku untuk intropeksi..
Kucoba membuka al-Qur'an..
Kudapati Allah mencintai orang-orang yang sabar..
Kulihat diriku..
Ah, betapa sedikitnya kesabaranku..
Kudapati Allah mencintai orang-orang yang berjihad..
Ku lihat diriku..
Amat lemah untuk melawan nafsuku..
Kurang kesungguhanku untuk selalu menaati-Nya..
Kudapati Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan)..
Apalagi ini..
Teramat jauh diriku dari derajat ihsan..
Hatiku gundah..
Tak ada tanda pada diriku bahwa Allah mencintaiku..
Kucoba kembali membaca al-Qur'an..
Kudapati Allah mencintai orang-orang yang suka bertaubat..
Aku segera merenung..
Mungkin ayat ini untukku dan yang sepertiku..
Segera lisanku berucap..
Astaghfirullah wa atuubu ilaihi..
Astaghfirullah wa atuubu ilaihi..
semoga ini membuat Allah mencintai diriku..
Ya Rabb..
Ampuni dosaku..
Sorce: Page FB , Mukjizat Sholat dan Doa
Jumat, 21 November 2014
Lembaga, Mahasiswa, dan Capacity Building
Lembaga, Mahasiswa
dan Capacity Building
Hai pembaca sekalian, sudah lama sekali sejak terakhir saya
posting di blog ini. Hampir 2 bulan kali ya. Oke kali ini saya gak akan
mengangkat topik motivasi maupun tentang cerita saya, tapi tentang hal yang
sedang hangat dibicarakan di kampus saya, STAN, yaitu capacity building. Ya..
sekali-kali lah nulis artikel, biar saya gak selalu diremehin sebagai blogger
galau terus..
Oke, pertama akan saya jelasin dulu apa itu capacity building,
capacity building –biasaya disebut juga character building- adalah acara yang
wajib bagi mahasiswa tingkat 1 yang diadakan sekitar pertengahan desember. Acara
luar kampus ini ditujukan untuk membentuk karakter disiplin, hormat dan patuh
peraturan, membentuk mental yang tangguh serta meningkatkan rasa kebersamaan diantara
mahasiswa peserta capacity building. Hal yang lumrah mungkin bagi tiap kampus,
misalnya di kampus lama saya, Politeknik Negeri Malang, dulu pernah diadakan
kegiatan yang hampir serupa di Pusat pelatihan kejuruan Kodim Brawijaya, yang
melatih pun sama-sama dari tentara seperti pada capacity building, bedanya
acara tersebut dilakukan setelah ospek kampus dan durasi nya lebih lama, serta
pelatih yang melatih kami berasal dari tentara biasa, bukan kopassus. Tapi disitulah
saya merasakan banyak hal baik yang saya dapatkan, oke memang berat dan suntuk
1 minggu tanpa handphone, tanpa media apapun, hanya baris-berbaris, pelatihan
fisik, dan banyak latihan mental juga kala itu, tapi efeknya sangat terasa di kampus,
terlihat dari kekompakan kami dengan jurusan-jurusan lain sangat erat, meski
tetap dalam kebanggaan jurusan masing-masing namun kami benar-benar merasa
dekat sebagai satu kampus. Karena sama-sama susah bareng, sama-sama merasa
senasib dan sendirian, sehingga mau tak mau kami harus saling membaur, dan
disitulah akhirnya terbentuk sebuah ikatan yang menyatukan ego masing-masing
dan mengubah dari mental-menatal anak SMA ke mental-mental anak kuliahan.
Capacity building telah diadakan hampir setahun lalu, pada
bulan desember tahun 2013, sebagai rangkaian dari kegiatan setelah ujian tengah
semester, saya dan mahasiswa kampus STAN yang lain mengikuti kegiatan capacity
building yang berlokasi di bumi perkemahan cibubur. Kegiatan secara overall
bagus dan saya cukup antusias mengikutinya, namun masih saya lihat kekurangan
disana-sini karena faktor alam, kondisi geografis, kebersihan dan kurang
sigapnya penyelenggara, oke no offense tentang hal ini, saya tetap salut akan
kehadiran beberapa perwakilan dari lembaga untuk memantau dan tetap stand by
bersama kami selama acara berlangsung. Dan saya akui memang pelatih dari
kopassus sangat ahli dan paham betul bagaimana membentuk mental dan fisik kami.
Yang jadi pertanyaan adalah, setelah acara itu selesai dan kami kembali ke
kampus kami, kenapa efek dari acara itu tidak terlihat?
Dari sisi lembaga, mungkin melihat bahwa perubahan yang
terjadi pada mahasiswa tidak terasa, atau malah tambah buruk, dari grup di
media sosial maupun dengar-dengar dari perbincangan teman-teman, kelakuan
mahasiswa di kampus ali wardhana sana memang memprihatinkan, saling tak sapa
dan apatis, kurang tanggap dan peduli terhadap kebersihan kampus, merokok
seenaknya, tidak hormat pada sekre maupun dosen pengajar, dan banyak hal lain
yang menurut saya memang wajar jika lembaga geram pada mahasiswa yang katanya
adalah calon abdi negara di bidang keuangan. Ini tah mahasiswa sekolah dinas
yang terkenal itu? Seperti inikah kelakuan orang-orang yang telah diseleksi
dari puluhan ribu pendaftar dari seluruh indonesia? Apa pantas berbangga dengan
almamater jika tingkah laku mereka bahkan tidak bisa dicontoh oleh
kampus-kampuslain yang begitu silau akan nama STAN?
pertanyaan kemudian muncul? Apa yang salah dari Capacity Building tahun kemarin sehingga mental yang baik dan teladan dari moral yang mengakar pada diri mahasiswa ini malah semakin berkurang? Malah saya sedikit kritis tentang hal ini, sebenarnya perlukah adanya Capacity Building ini?
pertanyaan kemudian muncul? Apa yang salah dari Capacity Building tahun kemarin sehingga mental yang baik dan teladan dari moral yang mengakar pada diri mahasiswa ini malah semakin berkurang? Malah saya sedikit kritis tentang hal ini, sebenarnya perlukah adanya Capacity Building ini?
Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa kampus Frans Seda,
yang berkilometer jauhnya dari Kampus STAN Bintaro, memang tidak tahu-menahu
apapun tentang kehidupan disana kecuali sedikit saja ketika sekali waktu
berkunjung kesana, dan saya maklumi sangat sulit mengatur ribuan mahasiswa
disana, jadwal dan ruang kelas aja masih semrawut katanya, wajar sebenarnya
jika efek CB masih belum terasa, karena jumlah yang sebanyak itu ditambah
kurangnya pendekatan pada mahasiswa menjadi faktor yang membuat sikap mahasiswa
jadi seenaknya
Di Rawamangun, tiap hari sebelum masuk kuliah kami mengadakan apel, dan selalu menjalankan PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam) seperti hormat-menghormati dan baris-berbaris setiap saat, meski tidak semua dari kami selalu patuh, namun secara umum kepatuhan di pusdiklat bea dan cukai ini selalu terjaga karena dari angkatan telah ada Kepatuhan Internal (KI) yang sigap menjaga dan tak segan menghukum mahasiswa yang terlambat, tidak ikut apel dan melanggar tata tertib. Sekre di pusdiklat saya akui juga sangat baik, dekat dengan kami dan peduli terhadap kelangsungan perkuliahan kami, terbukti ketika ada yang absen, maupun ada dari kami yang mendapat nilai dibawah standar, maka akan ada perhatian khusus dan diberi dorongan agar bisa mendapat nilai bagus di kesempatan selanjutnya, ini contoh kecil tapi nyata yang ada di kampus frans seda, pelatih di kampus ini sangat berpengalaman dan selalu menjadi teladan kami dalam setiap kata dan perilaku ala militer yang mereka terapkan. Saya juga sudah menghadapi Leadership Training selama hampir 1 semester pada masa awal perkuliahan saya disini, dan efek yang didapatkan dari kegiatan itu terlihat jelas dari diri kami masing-masing dalam satu angkatan.
Kini yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana jika kalian
mahasiswa bintaro ada di sisi kami? Kalian mengeluh tentang diadakannya CB,
karena mengganggu waktu liburan kalian dan menurut kalian percuma, apa ada cara
lain selain itu agar kalian mengerti apa yang diinginkan lembaga? Okelah tidak
semua dari kalian yang bertindak seperti yang saya tuliskan diatas tadi, itu
ulah oknum, tapi kenapa kalian tidak mengingatkan oknum-oknum tersebut? Asal kalian
patuh, asal kalian hormat pada dosen dan sekre, saya rasa tidak ada alasan sama
sekali bagi lembaga untuk mengadakan CB bagi tingkat 2. Ayolah, kita sama-sama
pernah dinamika, kita sama-sama pernah CB, kami malah mengikuti ospek jurusan
kami selama hampir 6 bulan, apa kalian sanggup jika disuruh seperti itu? Malah beberapa
hari ini saya dengar keluhan dari teman saya disini, intinya seperti ini: “kalau
ada gak enaknya aja kita diikutkan, tapi kalau ada acara-acara bagus kita
dianaktirikan dan kurang diakomodasikan hanya karena masalah jarak”
jangan pahami kata-kata diatas karena kami iri atau apa, tapi kami sedikit merasa perlu kritis juga, entah mungkin hanya saya sebagai penulis yang terlalu membesar-besarkan atau dari kami sendiri memang merasa begitu, saya pun secara pribadi membenarkan pepatah bahwa “CB itu manis untuk dikenang, pahit untuk diulang”. Tapi dari yang saya dengar di kampus sana, jika seperti itu, maka perlulah ada CB, perlulah ada hal untuk mengubah mental dan semangat kita yang telah kendur
tapi apa selalu melalui CB?
apa selalu mahasiswa yang salah?
apa semua dari kita sebagai mahasiswa STAN, bersikap seperti yang dikatakan diatas?
saya tak punya kuasa dan hak apapun untuk protes, dan saya pikir itu tidak perlu, no offense to the other people, let’s change ourself..
saya menulis artikel singkat ini dengan tujuan membandingkan ospek saya di kampus lama dulu, ospek jurusan saya, dengan capacity building ini sendiri
dari situ saya tarik kesimpulan kecil bahwa bila ingin CB ini berjalan seperti yang diharapkan lembaga, maka perlu pemahaman dari diri masing-masing dari kita sebagai satu kesatuan mahasiswa STAN, seperti apa mahasiswa itu
kita beda dari kampus-kampus lain, kita beda dari jaman kita SMA, bukan saatnya lagi bagi kita untuk melanggar peraturan, ingat sistem DO di STAN, ingat status kita sebagai calon punggawa keuangan negara, ingat pula bahwa kita termasuk beruntung sekali berkuliah dibayari negara sedangkan teman-teman kita di kampus lain mesti membayar UKM dan uang masuk kuliah hingga ratusan juta demi kesempatan kerja yang belum tentu tercapai, sedangkan kita jika lulus dari sini Insya Allah akan jadi PNS kementerian keuangan
Semoga angkatan 2013 yang
tersisa saat ini bisa lulus 100%, tidak ada lagi yang terkena DO, tidak ada
lagi pelanggaran terhadap aturan kampus, sehingga tidak perlu lagi merasakan CB
dan semoga kebersamaan diantara angkatan kita tetap solid dan terjaga
dan semoga kebersamaan diantara angkatan kita tetap solid dan terjaga
soal kebersamaan kita solid dan bersatu, namun soal diri kita sebagai mahasiswa STAN, kita harus ridgid, kokoh dan kuat bagai pilar yang menopang nama almamater kita sebagai kampus yang disegani di tanah air
semoga artikel ini bermanfaat, no offense pada siapapun, dan saya sebagai
penulis pribadi minta maaf bila ada salah kata..
kebenaran datangnya dari Allah semata, kesalahan datangnya dari saya pribadi..
Nantikan postingan artikel saya selanjutnya, semoga
bermanfaat
Amin,..
Minggu, 20 Juli 2014
Analogi Sepakbola - Pacaran
Kembali lagi ngeblog..
yah, aslinya udah dari kemarin-kemarin sih sejak aku pulang ke Malang, aku begitu ingin ngetik postingan baru buat ngisi blog ku yang udah lama sepi
apalagi ada laptop lama ku buat ngetik, yang keyboardnya gak rusak.
yah, aslinya udah dari kemarin-kemarin sih sejak aku pulang ke Malang, aku begitu ingin ngetik postingan baru buat ngisi blog ku yang udah lama sepi
apalagi ada laptop lama ku buat ngetik, yang keyboardnya gak rusak.
Nah, kali ini aku akan membahas analogi
sepakbola dengan pacaran
well, aneh memang kedengarannya, mana ada hubungan antara pacaran dengan sepakbola?
keduanya jelas merupakan hal yang berbeda, of course
tapi ada beberapa hal yang bisa dianalogikan di sini
well, aneh memang kedengarannya, mana ada hubungan antara pacaran dengan sepakbola?
keduanya jelas merupakan hal yang berbeda, of course
tapi ada beberapa hal yang bisa dianalogikan di sini
Contohnya, pernahkah kalian
membayangkan kenapa ada pemain bola yang begitu loyal dengan sebuah
klub?
kita contohkan saja disini misalnya Fransesco Totti, Javier Zanetti dan berbagai legenda sepakbola lainnya, kenapa mereka bisa bertahan lama di AS Roma maupun Inter Milan, klub mereka?
itu semua karena rasa cinta mereka yang tinggi pada klub
dan mereka takkan tergiur iming-iming gaji tinggi maupun janji juara dari klub yang ingin menggunakan jasanya
mereka akan tetap loyal, dan dicintai tifosi atau supporter karena memang hal itu yang mereka inginkan sebagai seorang pemain sepakbola
kita contohkan saja disini misalnya Fransesco Totti, Javier Zanetti dan berbagai legenda sepakbola lainnya, kenapa mereka bisa bertahan lama di AS Roma maupun Inter Milan, klub mereka?
itu semua karena rasa cinta mereka yang tinggi pada klub
dan mereka takkan tergiur iming-iming gaji tinggi maupun janji juara dari klub yang ingin menggunakan jasanya
mereka akan tetap loyal, dan dicintai tifosi atau supporter karena memang hal itu yang mereka inginkan sebagai seorang pemain sepakbola
Oke, dari sini, mulai bisa kita kaitkan
beberapa hal diatas dengan pacaran
persamaannya adalah, sama-sama ada rasa cinta, sama-sama ada rasa nyaman, dan sama-sama ada rasa loyal atau setia
itu yang terpenting dari sebuah hubungan, baik itu pacaran atau sekedar hubungan profesionalitas macam sepakbola
pacaran tidak membutuhkan janji manis, membelikan ini itu atau waktu-waktu romantic setiap saat, karena kalau seperti itu, pemain sepakbola juga akan cepat pindah klub begitu ada yang menjanjikan tempat utama, atau menjanjikan juara misalnya
tak ada yang bisa dipastikan dari hal seperti itu
oke sekarang kita akan analogi kan pacaran jaman sekarang dengan sepakbola
persamaannya adalah, sama-sama ada rasa cinta, sama-sama ada rasa nyaman, dan sama-sama ada rasa loyal atau setia
itu yang terpenting dari sebuah hubungan, baik itu pacaran atau sekedar hubungan profesionalitas macam sepakbola
pacaran tidak membutuhkan janji manis, membelikan ini itu atau waktu-waktu romantic setiap saat, karena kalau seperti itu, pemain sepakbola juga akan cepat pindah klub begitu ada yang menjanjikan tempat utama, atau menjanjikan juara misalnya
tak ada yang bisa dipastikan dari hal seperti itu
oke sekarang kita akan analogi kan pacaran jaman sekarang dengan sepakbola
Misalkan saja cowok A dan cewek
B
anggap itu sama seperti Klub A dan pemain B
tentu pacaran umumnya seorang cowok hanya butuh 1 orang cewek saja, tidak lebih
karena sepakbola juga hanya membutuhkan 1 orang pemain inti di tiap posisi, misal striker atau kiper
andai bisa lebih, jelas setiap orang ingin punya lebih dari 1 pasangan tiap pacaran
tapi ingat, kelak yang akan dilihat orang-orang dan dijadikan pasangan ya cuma satu orang saja
dan ingat pula bahwa hampir tidak ada orang yang ingin diduakan oleh pasangannya
dalam hal ini, sepakbola pun sama
misalnya kiper, dalam satu pertandingan ya cuma ada 1 kiper, gak lebih
andai pemain sepakbola di lapangan ada 22 atau 33 orang, ya mungkin akan ada 2 atau 3 kiper disana
tapi jelas, hanya satu, ibarat sebuah hubungan, semua itu sama
nah, kembali ke permisalan tadi
misal si cowok A ingin jadian dengan cewek B
itu sama saja seperti sebuah klub yang tengah berburu pemain baru di bursa transfer
entah itu untuk mengganti pemain lama yang sudah pindah klub atau mungkin karena kekurangan pemain di posisi itu, atau mungkin juga karena sang pemain yang diburu memang tengah hot atau jadi buruan klub lain di bursa transfer
nah disini, klub pasti akan memberikan segalanya kan untuk mendapatkan pemain yang dia inginkan
entah itu dengan tawaran yang tinggi pada klub tempat asal pemain tersebut, atau dengan iming-iming gaji tinggi dan kesempatan bermain regular
tentunya semua sesuai budget dan kualitas klub masing-masing
gak akan ada klub rendah, atau kasta divisi bawah misalnya yang sanggup membayar gaji C. Ronaldo yang kabarnya hampir ratusan juta per pekan
banyaknya budget yang ada, jaman sekarang tetap menjadi hal yang menarik
tak jarang ada istilah “cewek matre” atau “cowok tajir”, semua itu realitas
memang uang disini yang sering berperan meskipun gak selalu
uang pun gak selalu mampu membeli sebuah hubungan, di sepakbola atau hubungan pacaran
ada yang suka cowok yang gak kaya atau cewek yang keluarga nya biasa saja, ada..
cinta memang harusnya tidak didasari itu, tapi sepakbola berbeda
itu semua butuh loyalitas yang tinggi dan profesionalisme jika seorang pemain memutuskan tetap bertahan di klub yang dia bela
nah, sekarang kualitas
sebuah klub tentu punya “nama” dan kualitas klub itu yang menentukan sebagus apa pemain yang akan ia miliki
misal real Madrid, tentu saat ini identik dengan los galacticos nya atau CR7 nya yang bergaji mahal
hampir tidak ada klub kasta bawah atau dari negara yang tidak terlalu terkenal yang mampu mendapatkan jasa pemain se terkenal CR7
tidak adil memang, tapi itulah kenyataannya
CR7 jelas tak akan mau berkarir di klub kecil, tidak bermain di liga Champions, dan hanya mampu membayar gaji rendah setiap musimnya
tapi pacaran gak selalu seperti itu, mungkin saja terjadi sebuah hubungan yang berbeda kasta atau status sosial meskipun itu juga kemungkinannya kecil
toh itu juga cuma pacaran, keterlibatan orang tua disini juga belum terlalu tinggi
dalam klub, ada jajaran manajemen dan pelatih
mereka kita ibaratkan komitmen dan perhatian dalam suatu hubungan pacaran
manajemen jelas memberikan janji ketika pemain tersebut pertama kali datang pada sebuah klub, dan juga meminta komitmen sang pemain dalam bentuk tanda tangan kontrak
ini untuk meningkatkan komitmen diantara keduanya, bahwa mereka terikat kontrak, bahwa jika sang pemain memutuskan pergi, akan ada biaya transfer yang diperlukan, dan jika pemain melanggarnya, akan ada hukuman atas pelanggaran tersebut
sedangkan pelatih, adalah orang yang paling dekat dengan sang pemain karena setiap hari mendampingi pemain di lapangan
pelatih tahu kapan pemain tersebut mulai lelah, pelatih tahu karakter pemain, dan pelatihlah yang memutuskan dia di tempatkan di posisi apa
ya, perhatian pelatih penting untuk memotivasi seorang pemain
bahkan tak jarang, saking dekatnya, apabila seorang pelatih tiba-tiba pindah klub atau dipecat, tak jarang pemain pun ikut memutuskan keluar, karena mungkin kecewa dengan keputusan pemecatan tersebut
nah, kedua hal ini penting dalam sebuah hubungan
pertahankan komitmen kedua pasangan dan tunjukkan perhatian anda, maka pasangan anda akan nyaman dan setia atau loyal pada anda
jika komitmen sudah tak bisa dipenuhi dan perhatian pun jarang diberikan, jangan harap sebuah hubungan kuat bertahan
oke, sekarang tifosi dan agen, serta media massa
tifosi atau supporter, anggap saja adalah teman-teman di sekeliling kita, yang bisa mengomentari hubungan kita kapanpun ada hal yang salah disana
di sepakbola sendiri ada beberapa klub yang mempunyai tifosi yang terkenal atau ultras, sebut saja AS Roma, Liverpool atau bahkan Arema Malang dan banyak lainnya
mereka mempunyai peran dalam memutuskan baik tidaknya pemain tersebut untuk di kontrak atau untuk di lepas
kadang apabila pemain yang mereka soroti permainannya kian menurun, tak jarang mereka mendesak manajemen untuk melepas pemain tersebut dan menggantinya
atau mungkin pula karena habit buruknya, dan ketidakloyalannya pada klub
anggap saja itu seperti pernyataan nya yang merendahkan klub atau dia terlihat memakai baju jersey klub rival dan banyak lainnya
pacaran pun ada ‘tifosi’nya, dan mereka turut berperan dalam hubungan
misalnya, teman si B mengeluhkan tingkah laku pacar si B yang sering merokok atau mabuk-mabukan
jelas si B akan membelanya, namun tak bisa memungkiri fakta yang ada bahwa teman-temannya tahu kebiasaan buruk pacar si B
dan ini tergantung tindakan si B itu sendiri, apakah akan membiarkan atau akan memperbaikinya
karena anda pasti tak mau kan, tiap hari pasangan anda disindir atau dihina teman-teman anda sendiri
biasanya akan ada langkah konkret yang akan diambil, entah itu menjauh dari teman atau malah mengancam memutuskan pasangannya apabila dia tidak mau berubah
kemudian agen pemain, dia lah yang berjasa mengenalkan klub pada pemain yang dibutuhkan
dia yang mencari info kualitas dan harga pemain yang akan diburu
seperti mak comblang kali ya di dunia nyata
mereka yang memberi info, menjodohkan, dan apabila berhasil, mereka mendapat reward dari pasangan tersebut
mungkin sekarang sering kita lihat orang-orang seperti ini, yang kadang menawarkan temannya atau malah saudaranya yang cantik atau ganteng, untuk dikenalkan dan mungkin bisa dijadikan gebetan
hal ini sah-sah saja, dan perlu untuk menambah ‘wawasan’ anda mengenai kriteria yang cocok untuk anda
karena tanpa mengenal, takkan timbul rasa sayang :p
selanjutnya media massa, seperti kemajuan teknologi dalam transfer pemain –yang bahkan sekarang ada bursa taruhan pemain mana akan masuk klub mana di luar negeri- hubungan jaman sekarang identik dengan media, entah itu media elektronik, dunia maya atau minimal, memberi tahu teman dekatnya, yang penting ada sebuah komunikasi secara tidak langsung yang menunjukkan, “ini lho pacar baru ku”, atau “aku udah gak lagi sama dia”
seperti misalnya:
“Toni Kroos baru saja menyetujui kepindahannya ke Real Madrid dengan nominal transfer GBP 24 Juta” itu sama saja dengan “Toni Kroos is in a relationship with Real Madrid” di dunia maya (baca: Facebook)
karena kebebasan media saat ini, semakin sulit menutupi sebuah hubungan, setiap orang pasti akan dengan bangga memamerkan pacar baru mereka di Facebook atau sekedar mention di twitter misalnya
bukan hal tabu lagi seperti jaman dahulu
kalau di sepakbola ada harga yang diberikan untuk tiap pemain, di media sosial mereka bagaikan pemain-pemain free transfer yang dengan bebasnya masuk dan keluar dalam sebuah hubungan apabila tidak cocok
nah kalau sudah begini, komitmen, loyalitas maupun perhatian tak akan sama lagi dengan analogi dalam sepakbola
tapi, dari semua analogi diatas, semua kembali ke pribadi masing-masing
mungkin akan ada yang protes, “gak se gampang itu kan memisalkannya?” atau “loyalitas itu bukan sesuatu yang dapat dibeli!” dan lain sebagainya
saya juga tidak memungkiri hal tersebut akan selalu muncul
saya yang tergabung di sebuah grup tifosi di facebook pun juga merasakannya
di Indonesia Ultras Roma, grup facebook saya, saya bisa merasakan kedekatan dengan sesama pendukung klub yang saya sukai sejak kecil, bagaimana mereka berpendapat apabila ada seorang pemain dari klub AS Roma yang dijual, bagaimana ketika ada pemain yang tidak loyal pada klub, atau bagaimana mereka menyikapi ketika seorang pelatih atau tokoh dari klub rival yang menjelek-jelekkan klub kami, itu semua terasa disana, meskipun hanya dalam dunia maya
kita mungkin akan cenderung menghina atau menghujat apabila seseorang tersebut mengkhianati atau menyakiti kita, tapi kita tidak boleh lupa bahwa orang tersebut juga punya hak untuk pergi dari kita
dan itu juga harusnya kita kembalikan lagi pada konteks yang telah saya sebutkan diatas
jika hubungan ingin terus bertahan, masih adakah komitmen? Masih terasakah perhatian? Atau apa yang salah hingga kita ditinggalkan? Apa mungkin orang yang akhirnya mendapatkan pasangan kita tadi itu lebih baik dari kita?
tanyakan itu semua sebelum kita memutuskan pergi atau mencari seseorang yang bisa mengisi kepergiannya
atau tanyakan ketika anda merasa hubungan anda mulai renggang, entah karena jarak atau karena berkurangnya kesetiaan
memang benar seperti pertanyaan diatas, loyalitas adalah hal yang tidak bisa dibeli
tapi ingat bahwa ada prinsip profesionalisme dalam diri masing-masing pribadi
ada harga, ada barang, dalam hubungan bisa dianalogikan ada kualitas, kenyamanan, kasih sayang dan komitmen yang kuat, maka akan ada hubungan
tak akan bisa hubungan dijalankan hanya dengan cara posesif, mencegah ini dan itu, melarang dekat orang ini dan dekat orang itu
karena ketidaknyamanan justru akan membuat anda kehilangan pasangan anda
kalau anda bisa mencegah, anda juga harus bisa menjaga dengan perhatian dan kualitas serta kenyamanan yang anda berikan
kalau anda tidak bisa memberi perhatian, ada untuk pasangan anda setiap saat ia membutuhkan, dan justru lebih mementingkan orang lain dibanding anda, maka jangan salahkan apabila ada orang lain yang lebih menarik yang akhirnya mampu ‘menikung’ pasangan anda
hal ini sama saja apabila ada ketidaksepakatan dalam hal gaji atau tidak ada jaminan akan tetap di posisi inti bagi pemain sepakbola
dan kita sebagai tifosi, harusnya bisa menerima apabila pemain tersebut ingin pergi
sekali lagi bukan karena tak ada loyalitas, atau gampangan, tapi karena sikap profesionalisme dalam diri masing-masing pribadi
karena setiap orang mempunyai hak menjalankan hidupnya
apalagi ini hanya pacaran, yang gak ada ujungnya apabila tidak disudahi dengan pernikahan
buat apa memaksa atau mencegah ini-itu jika dia bukan milik kita sepenuhnya
buat apa berjanji manis atau memberikan ini itu jika kita malah meninggalkannya
think again, kalau pacaran kita sama seperti pemain yang jadi public enemy macam joey barton, marco materazzi atau mungkin luis suarez, ya gak usah pacaran
langsung saja nikah, itu lebih halal dan memungkinkan untuk dilakukan
tapi kalau kita merasa perlu untuk mendekatkan diri terlebih dahulu dan merasa mampu untuk mempertahankan nya hinggan ke pelaminan, kenapa tidak kita lanjutkan?
ingatlah bahwa suatu hubungan itu ada 2 orang di dalamnya
jangan cuma kita sendiri yang kita pikirkan, tapi pasangan kita juga
jangan mengambil keputusan sepihak atau dengan tiba-tiba pergi tanpa alasan, ingat bahwa pasangan kita punya hak untuk kita kabari dan punya hak untuk mempertahankan kita
pacaran perlu ego, tapi hanya 20-30% saja
ego merusak komitmen, dan komitmen yang kosong ibarat menjalani musim di bangku cadangan, tanpa pernah merasakan jadi pemain inti di klub yang kita bela, yang kita cintai
jadilah legenda di klub tersebut, yang dielu-elukan tifosi, yang membuat iri rival kita, yang mampu memberikan prestasi di klub yang ia bawa dan menjadi panutan bagi youth player bahwa loyalitas adalah segalanya
dan kembali lagi di awal, kenapa pacaran dan sepakbola berhubungan, ya karena keduanya sama-sama mempunyai rasa cinta di dalamnya
meskipun dengan cita rasa yang berbeda
ada pula feel, passion dan skill yang dibutuhkan di dalamnya
ada pula masa-masa cedera dan tanpa pengakuan di dalamnya
tapi itu tergantung kita, apa kita akan pensiun dini setelah cedera, menyerah akan keadaan dan membenci apa yang disebut cinta, atau kita akan bangkit, memberikan yang terbaik pada klub yang mau menerima kita dan berjaya
banyak contohnya, sebut saja Andrea Pirlo yang dibuang oleh AC Milan kemudian mampu sukses bersama Juventus
inilah kehidupan, selalu bisa kita analogikan
tinggal bagaimana kita mempelajarinya dengan baik dan mengambil hikmahnya
maaf apabila ada kata yang salah dan menyinggung
saya tidak bermaksud menghina, merendahkan atau menghujat siapapun
karena apa yang saya tulis disini juga berdasar fakta umum, bukan opini pribadi semata
tapi memang saya tulis semua ini berdasar pengalaman saya di masa lalu
semoga bermanfaat
tunggu postingan saya selanjutnya
terima kasih atas telah mengunjungi blog saya :)
anggap itu sama seperti Klub A dan pemain B
tentu pacaran umumnya seorang cowok hanya butuh 1 orang cewek saja, tidak lebih
karena sepakbola juga hanya membutuhkan 1 orang pemain inti di tiap posisi, misal striker atau kiper
andai bisa lebih, jelas setiap orang ingin punya lebih dari 1 pasangan tiap pacaran
tapi ingat, kelak yang akan dilihat orang-orang dan dijadikan pasangan ya cuma satu orang saja
dan ingat pula bahwa hampir tidak ada orang yang ingin diduakan oleh pasangannya
dalam hal ini, sepakbola pun sama
misalnya kiper, dalam satu pertandingan ya cuma ada 1 kiper, gak lebih
andai pemain sepakbola di lapangan ada 22 atau 33 orang, ya mungkin akan ada 2 atau 3 kiper disana
tapi jelas, hanya satu, ibarat sebuah hubungan, semua itu sama
nah, kembali ke permisalan tadi
misal si cowok A ingin jadian dengan cewek B
itu sama saja seperti sebuah klub yang tengah berburu pemain baru di bursa transfer
entah itu untuk mengganti pemain lama yang sudah pindah klub atau mungkin karena kekurangan pemain di posisi itu, atau mungkin juga karena sang pemain yang diburu memang tengah hot atau jadi buruan klub lain di bursa transfer
nah disini, klub pasti akan memberikan segalanya kan untuk mendapatkan pemain yang dia inginkan
entah itu dengan tawaran yang tinggi pada klub tempat asal pemain tersebut, atau dengan iming-iming gaji tinggi dan kesempatan bermain regular
tentunya semua sesuai budget dan kualitas klub masing-masing
gak akan ada klub rendah, atau kasta divisi bawah misalnya yang sanggup membayar gaji C. Ronaldo yang kabarnya hampir ratusan juta per pekan
banyaknya budget yang ada, jaman sekarang tetap menjadi hal yang menarik
tak jarang ada istilah “cewek matre” atau “cowok tajir”, semua itu realitas
memang uang disini yang sering berperan meskipun gak selalu
uang pun gak selalu mampu membeli sebuah hubungan, di sepakbola atau hubungan pacaran
ada yang suka cowok yang gak kaya atau cewek yang keluarga nya biasa saja, ada..
cinta memang harusnya tidak didasari itu, tapi sepakbola berbeda
itu semua butuh loyalitas yang tinggi dan profesionalisme jika seorang pemain memutuskan tetap bertahan di klub yang dia bela
nah, sekarang kualitas
sebuah klub tentu punya “nama” dan kualitas klub itu yang menentukan sebagus apa pemain yang akan ia miliki
misal real Madrid, tentu saat ini identik dengan los galacticos nya atau CR7 nya yang bergaji mahal
hampir tidak ada klub kasta bawah atau dari negara yang tidak terlalu terkenal yang mampu mendapatkan jasa pemain se terkenal CR7
tidak adil memang, tapi itulah kenyataannya
CR7 jelas tak akan mau berkarir di klub kecil, tidak bermain di liga Champions, dan hanya mampu membayar gaji rendah setiap musimnya
tapi pacaran gak selalu seperti itu, mungkin saja terjadi sebuah hubungan yang berbeda kasta atau status sosial meskipun itu juga kemungkinannya kecil
toh itu juga cuma pacaran, keterlibatan orang tua disini juga belum terlalu tinggi
dalam klub, ada jajaran manajemen dan pelatih
mereka kita ibaratkan komitmen dan perhatian dalam suatu hubungan pacaran
manajemen jelas memberikan janji ketika pemain tersebut pertama kali datang pada sebuah klub, dan juga meminta komitmen sang pemain dalam bentuk tanda tangan kontrak
ini untuk meningkatkan komitmen diantara keduanya, bahwa mereka terikat kontrak, bahwa jika sang pemain memutuskan pergi, akan ada biaya transfer yang diperlukan, dan jika pemain melanggarnya, akan ada hukuman atas pelanggaran tersebut
sedangkan pelatih, adalah orang yang paling dekat dengan sang pemain karena setiap hari mendampingi pemain di lapangan
pelatih tahu kapan pemain tersebut mulai lelah, pelatih tahu karakter pemain, dan pelatihlah yang memutuskan dia di tempatkan di posisi apa
ya, perhatian pelatih penting untuk memotivasi seorang pemain
bahkan tak jarang, saking dekatnya, apabila seorang pelatih tiba-tiba pindah klub atau dipecat, tak jarang pemain pun ikut memutuskan keluar, karena mungkin kecewa dengan keputusan pemecatan tersebut
nah, kedua hal ini penting dalam sebuah hubungan
pertahankan komitmen kedua pasangan dan tunjukkan perhatian anda, maka pasangan anda akan nyaman dan setia atau loyal pada anda
jika komitmen sudah tak bisa dipenuhi dan perhatian pun jarang diberikan, jangan harap sebuah hubungan kuat bertahan
oke, sekarang tifosi dan agen, serta media massa
tifosi atau supporter, anggap saja adalah teman-teman di sekeliling kita, yang bisa mengomentari hubungan kita kapanpun ada hal yang salah disana
di sepakbola sendiri ada beberapa klub yang mempunyai tifosi yang terkenal atau ultras, sebut saja AS Roma, Liverpool atau bahkan Arema Malang dan banyak lainnya
mereka mempunyai peran dalam memutuskan baik tidaknya pemain tersebut untuk di kontrak atau untuk di lepas
kadang apabila pemain yang mereka soroti permainannya kian menurun, tak jarang mereka mendesak manajemen untuk melepas pemain tersebut dan menggantinya
atau mungkin pula karena habit buruknya, dan ketidakloyalannya pada klub
anggap saja itu seperti pernyataan nya yang merendahkan klub atau dia terlihat memakai baju jersey klub rival dan banyak lainnya
pacaran pun ada ‘tifosi’nya, dan mereka turut berperan dalam hubungan
misalnya, teman si B mengeluhkan tingkah laku pacar si B yang sering merokok atau mabuk-mabukan
jelas si B akan membelanya, namun tak bisa memungkiri fakta yang ada bahwa teman-temannya tahu kebiasaan buruk pacar si B
dan ini tergantung tindakan si B itu sendiri, apakah akan membiarkan atau akan memperbaikinya
karena anda pasti tak mau kan, tiap hari pasangan anda disindir atau dihina teman-teman anda sendiri
biasanya akan ada langkah konkret yang akan diambil, entah itu menjauh dari teman atau malah mengancam memutuskan pasangannya apabila dia tidak mau berubah
kemudian agen pemain, dia lah yang berjasa mengenalkan klub pada pemain yang dibutuhkan
dia yang mencari info kualitas dan harga pemain yang akan diburu
seperti mak comblang kali ya di dunia nyata
mereka yang memberi info, menjodohkan, dan apabila berhasil, mereka mendapat reward dari pasangan tersebut
mungkin sekarang sering kita lihat orang-orang seperti ini, yang kadang menawarkan temannya atau malah saudaranya yang cantik atau ganteng, untuk dikenalkan dan mungkin bisa dijadikan gebetan
hal ini sah-sah saja, dan perlu untuk menambah ‘wawasan’ anda mengenai kriteria yang cocok untuk anda
karena tanpa mengenal, takkan timbul rasa sayang :p
selanjutnya media massa, seperti kemajuan teknologi dalam transfer pemain –yang bahkan sekarang ada bursa taruhan pemain mana akan masuk klub mana di luar negeri- hubungan jaman sekarang identik dengan media, entah itu media elektronik, dunia maya atau minimal, memberi tahu teman dekatnya, yang penting ada sebuah komunikasi secara tidak langsung yang menunjukkan, “ini lho pacar baru ku”, atau “aku udah gak lagi sama dia”
seperti misalnya:
“Toni Kroos baru saja menyetujui kepindahannya ke Real Madrid dengan nominal transfer GBP 24 Juta” itu sama saja dengan “Toni Kroos is in a relationship with Real Madrid” di dunia maya (baca: Facebook)
karena kebebasan media saat ini, semakin sulit menutupi sebuah hubungan, setiap orang pasti akan dengan bangga memamerkan pacar baru mereka di Facebook atau sekedar mention di twitter misalnya
bukan hal tabu lagi seperti jaman dahulu
kalau di sepakbola ada harga yang diberikan untuk tiap pemain, di media sosial mereka bagaikan pemain-pemain free transfer yang dengan bebasnya masuk dan keluar dalam sebuah hubungan apabila tidak cocok
nah kalau sudah begini, komitmen, loyalitas maupun perhatian tak akan sama lagi dengan analogi dalam sepakbola
tapi, dari semua analogi diatas, semua kembali ke pribadi masing-masing
mungkin akan ada yang protes, “gak se gampang itu kan memisalkannya?” atau “loyalitas itu bukan sesuatu yang dapat dibeli!” dan lain sebagainya
saya juga tidak memungkiri hal tersebut akan selalu muncul
saya yang tergabung di sebuah grup tifosi di facebook pun juga merasakannya
di Indonesia Ultras Roma, grup facebook saya, saya bisa merasakan kedekatan dengan sesama pendukung klub yang saya sukai sejak kecil, bagaimana mereka berpendapat apabila ada seorang pemain dari klub AS Roma yang dijual, bagaimana ketika ada pemain yang tidak loyal pada klub, atau bagaimana mereka menyikapi ketika seorang pelatih atau tokoh dari klub rival yang menjelek-jelekkan klub kami, itu semua terasa disana, meskipun hanya dalam dunia maya
kita mungkin akan cenderung menghina atau menghujat apabila seseorang tersebut mengkhianati atau menyakiti kita, tapi kita tidak boleh lupa bahwa orang tersebut juga punya hak untuk pergi dari kita
dan itu juga harusnya kita kembalikan lagi pada konteks yang telah saya sebutkan diatas
jika hubungan ingin terus bertahan, masih adakah komitmen? Masih terasakah perhatian? Atau apa yang salah hingga kita ditinggalkan? Apa mungkin orang yang akhirnya mendapatkan pasangan kita tadi itu lebih baik dari kita?
tanyakan itu semua sebelum kita memutuskan pergi atau mencari seseorang yang bisa mengisi kepergiannya
atau tanyakan ketika anda merasa hubungan anda mulai renggang, entah karena jarak atau karena berkurangnya kesetiaan
memang benar seperti pertanyaan diatas, loyalitas adalah hal yang tidak bisa dibeli
tapi ingat bahwa ada prinsip profesionalisme dalam diri masing-masing pribadi
ada harga, ada barang, dalam hubungan bisa dianalogikan ada kualitas, kenyamanan, kasih sayang dan komitmen yang kuat, maka akan ada hubungan
tak akan bisa hubungan dijalankan hanya dengan cara posesif, mencegah ini dan itu, melarang dekat orang ini dan dekat orang itu
karena ketidaknyamanan justru akan membuat anda kehilangan pasangan anda
kalau anda bisa mencegah, anda juga harus bisa menjaga dengan perhatian dan kualitas serta kenyamanan yang anda berikan
kalau anda tidak bisa memberi perhatian, ada untuk pasangan anda setiap saat ia membutuhkan, dan justru lebih mementingkan orang lain dibanding anda, maka jangan salahkan apabila ada orang lain yang lebih menarik yang akhirnya mampu ‘menikung’ pasangan anda
hal ini sama saja apabila ada ketidaksepakatan dalam hal gaji atau tidak ada jaminan akan tetap di posisi inti bagi pemain sepakbola
dan kita sebagai tifosi, harusnya bisa menerima apabila pemain tersebut ingin pergi
sekali lagi bukan karena tak ada loyalitas, atau gampangan, tapi karena sikap profesionalisme dalam diri masing-masing pribadi
karena setiap orang mempunyai hak menjalankan hidupnya
apalagi ini hanya pacaran, yang gak ada ujungnya apabila tidak disudahi dengan pernikahan
buat apa memaksa atau mencegah ini-itu jika dia bukan milik kita sepenuhnya
buat apa berjanji manis atau memberikan ini itu jika kita malah meninggalkannya
think again, kalau pacaran kita sama seperti pemain yang jadi public enemy macam joey barton, marco materazzi atau mungkin luis suarez, ya gak usah pacaran
langsung saja nikah, itu lebih halal dan memungkinkan untuk dilakukan
tapi kalau kita merasa perlu untuk mendekatkan diri terlebih dahulu dan merasa mampu untuk mempertahankan nya hinggan ke pelaminan, kenapa tidak kita lanjutkan?
ingatlah bahwa suatu hubungan itu ada 2 orang di dalamnya
jangan cuma kita sendiri yang kita pikirkan, tapi pasangan kita juga
jangan mengambil keputusan sepihak atau dengan tiba-tiba pergi tanpa alasan, ingat bahwa pasangan kita punya hak untuk kita kabari dan punya hak untuk mempertahankan kita
pacaran perlu ego, tapi hanya 20-30% saja
ego merusak komitmen, dan komitmen yang kosong ibarat menjalani musim di bangku cadangan, tanpa pernah merasakan jadi pemain inti di klub yang kita bela, yang kita cintai
jadilah legenda di klub tersebut, yang dielu-elukan tifosi, yang membuat iri rival kita, yang mampu memberikan prestasi di klub yang ia bawa dan menjadi panutan bagi youth player bahwa loyalitas adalah segalanya
dan kembali lagi di awal, kenapa pacaran dan sepakbola berhubungan, ya karena keduanya sama-sama mempunyai rasa cinta di dalamnya
meskipun dengan cita rasa yang berbeda
ada pula feel, passion dan skill yang dibutuhkan di dalamnya
ada pula masa-masa cedera dan tanpa pengakuan di dalamnya
tapi itu tergantung kita, apa kita akan pensiun dini setelah cedera, menyerah akan keadaan dan membenci apa yang disebut cinta, atau kita akan bangkit, memberikan yang terbaik pada klub yang mau menerima kita dan berjaya
banyak contohnya, sebut saja Andrea Pirlo yang dibuang oleh AC Milan kemudian mampu sukses bersama Juventus
inilah kehidupan, selalu bisa kita analogikan
tinggal bagaimana kita mempelajarinya dengan baik dan mengambil hikmahnya
maaf apabila ada kata yang salah dan menyinggung
saya tidak bermaksud menghina, merendahkan atau menghujat siapapun
karena apa yang saya tulis disini juga berdasar fakta umum, bukan opini pribadi semata
tapi memang saya tulis semua ini berdasar pengalaman saya di masa lalu
semoga bermanfaat
tunggu postingan saya selanjutnya
terima kasih atas telah mengunjungi blog saya :)
Langganan:
Postingan (Atom)
Gambar
